... jangan percaya pada apa yang Anda liat dengan matamu. Apa yang dilihat dengan mata terbatas. Lihatlah dengan pengertianmu, selidiki apa saja yang kau ketahui dan kau akan melihat bagaimana yang baik untuk terbang... (Richard Bach, Burung Camar Jonathan)

Kamis, 01 Januari 2009

Libur Natal 2

Perjalanan pulang menuju Jogja ternyata tidak begitu saja melupakan Semarang, justru ingatan kejadian-kejadian masa lalu muncul begitu nyata. Waktu itu sekitar tahun 2001 awal sampai 2004 akhir saya merasakan betapa hampar masuk masjid, walaupun tetap melakukan ritual seperti biasa tapi ada yang lain dari dalam pikiran, sering saya tertawa meliat orang sholad, dzikir, adzan, dan ritual2 lain yang menurutku jauh dari apa yang disebut logis. Termasuk mentertawakan diri sendiri yang masih istiqomah sholad dan masih percaya tentang keberadaan Tuhan, Kata-kata dalam buku itu terlalu kuat masuk dalam pikiran dimana kondisi masih sangat hijau dan labil dengan keingintahuan yang meledak-ledak. Lebih parah lagi didukung kuliahku di kimia yang semuanya harus logis dan empiris, semua dikatakan benar kalau ada bukti, atau minimal logis. Lantas dimanakah bukti keberadaan Tuhan? Jawaban klise yang sering saya dengar adalah dengan melihat dan mengamati ciptaanNya. Waktu SMA dulu dengan jawaban seperti itu sudah puas, tapi untuk seorang mahasiswa yang telah bersinggungan dengan berbagai ilmu alam masih jauh dari cukup.

Bahkan jujur saja sampai sekarang ini terlalu sulit untuk menolak kebenaran materialisme. Kalo materi itu telah terbukti apa lagi yang mau dibuktikan. Membuktikan roh? walaupun pikiran telah kalah tapi hati tetap tidak bisa menolak keberadaaNya, dan sampai sekarang saya masih Islam, lengkap sebagai orang Islam dengan menjalankan kewajiban lima waktu. Mungkin ini yang disebut Hidayah. Kalau saya ditanya kenapa memilih Islam, saya tidak tahu, saya hanya percaya. Kenapa tidak pilih yang lain? apakah yang lainya sesat? saya tidak tahu sesat atau bukan, sampai sekarang saya belum pernah punya keyakinan kalau jalan diluar Islam adalah sesat, tetapi saya memlih Islam, karena saya percaya, dan kepercayaan adalah masalah hati, masalah keyakinan. Ternyata keyakinan itu sulit berubah walaupun logika telah kalah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar