... jangan percaya pada apa yang Anda liat dengan matamu. Apa yang dilihat dengan mata terbatas. Lihatlah dengan pengertianmu, selidiki apa saja yang kau ketahui dan kau akan melihat bagaimana yang baik untuk terbang... (Richard Bach, Burung Camar Jonathan)

Kamis, 01 Januari 2009

Libur Natal 3

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih tiga setengah jam akhirnya sampai rumah sekitar pukul 6 sore, meski telah sampai pikiranku tetap tertambat di Semarang, baru saja masuk kamar langsung saya telp teman di semarang, tidak ada pembicaraan yang penting apalagi bermutu, menegaskan ketidak relaanku meninggalkan kota yang pernah ku singgahi selama lima tahun.

Saya masih ingat betul waktu pertama kali datang ke Semarang, waktu itu tidur di penginapan murah milik PGRI dekat dengan kampus pleburan. Paginya saya registrasi dan ketemu dengan teman se jurusan, ternyata teman baruku itu berasal dari Aceh, dia masuk kimia melalui jalur PBUD. Momen-momen awal kuliah tiba-tiba terasa begitu jelas dalam ingatanku, seolah baru kemarin terjadi padahal sudah 9 tahun yang lalu.

Hari pertama masuk ospek, di ruang mana kami dikumpulkan, tugas apa yang pertama kali kami terima dari senior, dengan siapa saya duduk, obrolan apa yang kami bicarakan, bahkan baju sebagian teman-teman pun saya masih ingat. Waktu itu saya duduk di sebelah pintu masuk, teman sebangku saya anak dari magelang yang sekolah di jogja, obrolan kami masih seputar UMPTN, pilihan pertama atau kedua, dst. Tugas pertama kami menirukan lagu iklan rokok sedangkan dua teman yang mendapat hukuman disuruh maju ke depan kelas sambil beradegan seperti iklan rokok yang kami nyanyikan.

Ketika ospek baru berjalan tiga hari sudah banyak teman yang jatuh pingsan, ada satu teman dari Jayapura membawa obat-obatan banyak banget, karena penasaran saya sempatkan bertanya "Chemo sakit apa Pren?" Dulu kami memanggil sesama teman kimia seangkatan harus diawali dengan kata Chemo dan diakhiri dengan kata Pren, tidak boleh dengan Friend tapi harus Pren. Chemo sendiri akronim dari Chemistry Organisation. Ternyata teman baru dari Jayapura tadi terkena Sinusitis, sebuah penyakit saluran pernafasan bagian atas, tepatnya di dalam sinus. Katanya kalau kambuh pusingnya minta ampun. Dia sangat sensitif terhadap udara dingin dan udara lembab, padahal waktu itu musim kemarau, dan kami harus berkumpul pagi-pagi di Jalimbing, sebuah lapangan miring dekat kampus yang selalu berkabut di pagi hari saat kemarau. Saya berlagak sok tahu saat dia menjelaskan tentang penyakitnya, pikirku waktu itu tinggal manggut-manggut apa susahnya. Apa yang dialami teman dari Jayapura ternyata tidak sendirian, ada teman lain dari Jakarta yang mengalami nasib serupa, waktu itu dia cerita saat masih SMA penyakitnya pernah kambuh, padahal pas ujian, maka dia kerjakan soal dengan sedikit melongok ke atas, karena kalau menunduk kepalanya pusing, kemudian dia juga cerita kalo sinusitis bisa disembuhkan melalui operasi.

Cerita tadi saya ceritakan lagi kepada teman-teman yang lain, kemudian ada yang bertanya kalau operasi dilakukan bagian mana yang harus dibelah, dengan meyakinkan saya jawab bagian kepalanya, karena penyakit itu terletak di dalam kepala, mana lagi yang harus di belah selain kepala, teman-teman pada mengangguk menyetujui pendapatku, kemudian ada yang nyletuk: ih ngeri banget. Padahal operasi sinusitis hanyalah istilah saja, dan tidak ada yang perlu dibelah, termasuk membelah kepala.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar